Tuesday 16 June 2015

Love and life (3)

Rahman berdiri di suatu tempat yang tidak dia kenal sebelumnya. Suasana hening dan sejuk di sekitarnya. Setelah berjalan beberapa saat, tibalah dia berdiri disebuah masjid. Terdengar sayup-sayup lantunan ayat suci Al Qur'an yang sudah lama tidak ia dengar kan. Sepertinya sudah hampir setahun lalu sebelum dia melanjutkan studinya ke luar negeri, dia mendengar lantunan ayat suci Al Qur'an. 

Tanpa disadari, Rahman sangat menikmati lantunan itu. Rasanya seluruh beban yang ada di hati dan kepalanya seakan terangkat. Suara lembut dan jelas si pelantun membuat Rahman semakin menikmati lantunan ayat demi ayat yang dibacakan. 

Beberapa saat kemudian, terdengar suara pria yang menggantikan lantunan senandung Al Qur'an tadi dengan suara berat dan bergetar mengatakan "saya terima nikahnya Astri Wulandari binti Suparman, dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai"

Sontal ketenangan yang sebelumnya dia rasakan sirna begitu saja. Tanpa pikir panjang dia memfokuskan mata ke arah kerumunan orang2 yang ada di dalam masjid. Sambil terus berharap, nama wanita yang disebutkan tadi bukan nama mantan kekasihnya. 

Saat dia mencoba masuk masjid, beberapa orang menahannya agar tidak masuk masjid. Alasannya adalah pakaian yang dikenakannya saat itu tidak pantas untuk masuk ke rumah Allah itu. Saat dia melihat pakaiannya, ternyata dia hanga memakai celama boxer dan kaos dalam berwarna putih, pakaian tidurnya. 

Rasa malu menyergapi diri Rahman perlahan. Antara keingin tahuan apa yang  terjadi di dalam masjid dan rasa malunya membuatnya diam di tempat. Tidak tahu apa yang harus dilakukan. 

Beberapa saat kemudian, kumpulan orang yang semula di dalam masjid mulai berpencar. Sepertinya acara telah selesai dan waktunya sesi foto. Rahman pun mulai dilihat orang yang lalu lalang dengan perasaan kasihan, jijik, dan tidak percaya. Rasa malu pun sudah di ubun2.  

rahman mulai mengambil tindakan dengan balik kanan dan kemudian berjalan. Berawal dengan jalan perlahan lalu dipercepat dan dipercepat. 

"Rahman" teriak seorang wanita dibelakangnya. Suaranya nampak khas ditelinganya. Itu suara astri. Dan..

"Astriiiiiiii" teriak rahman terbangun dari tidurnya. Ternyata itu semua hanya mimpi. Keringat dingin mengucur dari tubuhnya. Nafas terengah2. Jantung berdegub kencang. Kondisinya sangat kacau saat itu.

Dia mencoba menenangkan diri dengan minum air putih yang sudah disediakan Alan di meja, disertai memo bertuliskan

 "gue ada urusan di kampus. Dan bakal pulang malem. Kalo lo mau cabut, kasih aja kuncinya ke Dihya. Kamarnya tetep. 
Sobat lo yang paling keren,
alan :D"

Rahman, Alan, Dihya adalah sahabat sejak awal masuk kuliah S1 di sebuah universitas negeri di depok. Persahabatan mereka diawali dari sesuatu yang sejujurnya tidak masuk akal. Tapi ternyata hal itu jadi awal mula kedekatan mereka.

(Bersambung$

Monday 15 June 2015

Love and life (2)

Riiiinggg

Bunyi alarm nyaring tepat disebelah telinga Alan. Tapi suara itu tidak membuat Alan bergeming. Alan masih hanyut di dunia mimpinya bersama Ratna. Beberapa saat kemudian, terdengar suara lembut Ratna. "Sayang, udah pagi, ayo bangun" dari hp nya. Suara itu sudah semula di set sebagai alarm yang membangunkan tidurnya hari itu. Seketika mata Alan pun terbuka. Dengan segera dia mematikan alarm yang nyaring tapi membiarkan alarm dengan suara Ratna tetep menyala. Hingga dia berhasil mengumpulkan nyawanya, baru kemudian alarm dengan suara kekasihnya itu dimatikan sambil bergumam, "terima kasih sayang" kemudian mencium Wallpaper foto Ratna di hpnya. 

Setelah bangun dari tidurnya, Alan melakukan stretching ringan, sebagai pemanasan awal. Sudah menjadi kebiasaan di keluarga Alan, kegiatan yang wajib dilakukan setelah bangun tidur adalah streching ringan yang kemudian dilanjutkan lari pagi. Sehubungan, Alan sulit untuk bangun pagi, lari pagi pun berubah menjadi lari siang. Itu pun hanya 2 kali putaran halaman kosan yang notabene hanya seluas 3 meter persegi. 

Dalam keluarga Alan berbohong merupakan dosa besar yang apabila ketahuan berbohong sama dengan dead end. Entah uang saku dipotong ato maksimal tidak diperbolehkan tinggal di kosan. Harus kembali ke rumah yang dimana di rumah aturannya lebih banyak lagi. Sebenarnya rumah Alan dengan kampus jaraknya tidak terlalu jauh, namun kemacetan ibukota cukup menguras energi untuk dipakai pulang pergi kampus-rumah. Oleh karena itu Alan lebih suka tinggal di kos. Ditambah lagi aturan tinggal di kosan hanya tidak boleh berbohong. Dan untuk saat ini tidaklah sulit untuk tidak berbohong. Termasuk dengan kegiatan streching yang wajib, termasuk hal yang bisa diakalin.

Ditengah-tengah Alan memutar pinggulnya, telepon Alan berdering.

"Oi, kosan lo ga pindah kan?" Suara loud speaker dari dalam telepon

"Yo" jawab Alan singkat sambil terus melakulan streching nya.

"Tut.. Tut.."

Alan bingung. Alan menyudahi kegiatan nya, kemudian segera meraih hp nya dan mengecek siapa yang menelepon tadi. 

"Rahman?" Tanyanya ke diri sendiri "+62, sejak kapan dia di Indonesia?"

Telepon berdering lagi. Nampak tulisan "Rahman" di hp itu. Dengan segera Alan mengangkat teleponnya. "Man, ini bener elo?"

"Gue udah di depan gerbang kosan lo. Bukain" saut Rahman ketus

"Lo lo, ngapain lo disini? Lo bukannya di..." tanya Alan setengah tidak yakin dengan keberadaan Rahman.

"Udah cepetan, ato gue dobrak ni pager" potong Rahman

"Wo wo, orang bule ngamuk. Iye ini otw ke pager" Setelah menutup telepon Rahman, Alan bergegas menuju gerbang kosan yang selalu terkunci itu.

Kesan pertama yang ada di benak Alan saat melihat sahabatnya di depan pintu campur aduk. Heran, lucu, kasihan berkumpul menjadi satu. Namun, yang paling menguasai dirinya saat ini adalah keinginan untuk menertawakan sahabatnya itu. Memang sudah hampir 1 tahun Alan tidak bertemu sahabatnya itu. Terakhir kali mereka bertemu adalah ketika dia wisuda S1. Sedangkan saat ini, dia sudah memasuki semester 2 kuliah S2 nya. Di jurusan yang sama dan kampus yang sama.

Ternyata waktu cukup mengubah Rahman dari yang semula rapi menjadi sedikit tidak rapi lagi. Dengan rambut gondrong, mata panda, dan pakaian dengan style rocker masa kini cukup membuat Alan ingin tertawa terbahak-bahak. Karena sewaktu kuliah bersamanya dulu, Rahman merupakan orang pendiam pada awalnya. Alan sudah mencoba berbagai cara untuk mengubah sahabat nya itu menjadi lebih "gaul" tapi tidak berhasil juga. Ternyata tanpa disadari luar negeri bisa mengubahnya menjadi orang yang ada di depannya sekarang.

"Kamar lo tetep kan?" tanya Rahman mengacuhkan tingkah sahabatnya.

Alan yang masih belom mampu menghentikan tawanya hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan sahabatnya itu. Rahman bergegas menuju kamar Alan. Sesampainya di sana, Rahman langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur Alan. Rahman pun mencoba menutup mata dan tak berapa lama dia pun terlelap.

(Bersambung)


Love and Life (1)

"Kita putus"

Suara Astri masih terdengar jelas dibenak Rahman. Padahal saat itu dia sudah berada di belahan bumi yang berbeda dengan mantan pujaan hatinya itu. Selama mereka menjalani kisah cinta ldr mereka, segalanya nampak indah. 

Hingga pada suatu saat, tanpa sebab yang jelas, telepon Rahman berdering. Keluarlah kata2 itu dari suara di seberang telepon. Tanpa ada penjelasan lebih lanjut. Setelah mengeluarkan kata2 itu, Astri langsung menutup telponnya. 

Rahman resah. Dia melihat jam dinding, jam menunjukkan pukul 1 malam di tempat dia berada, sedangkan di tempat astri, sekitar jam 8 pagi. Rahman linglung beberapa saat. Apakah telepon tadi hanya mimpi, atau tidak. Kebetulan sehari sebelumnya, tugas kampusnya cukup membuat Rahman kekurangan waktu istirahat apalagi menyisihkan waktu untuk quality time dengan Astri.

Setelah nyawanya cukup terkumpul, Rahman melihat kalender. Dan kebetulan lagi, hari itu adalah hari jumat, yang dimana dia tidak ada jadwal kuliah yang mendesak karena ujian atau tugas. Rahman membuka aplikasi travel di hp nya dan segera membeli tiket untuk menuju tempat Astri. 

Dengan segera, dia mendapatkan tiket dengan keberangkatan paling pagi yang ada pada hari itu. Kantuk Rahman pun hilang. Rahman langsung berkemas dan kemudian langsung menunggu bandara. Selama dalam perjalanan, Rahman mencoba mengingat-ingat kesalahanmya kepada Astri. Adakah dia salah bicara? Apakah karena kurangnya quality time diantara mereka? Yang ada di pikiran Rahman hanya pertanyaan dan pertanyaan. Hal itu membuat Rahman sedikit sakit kepala. Tapi ketika Rahman mencoba tidur ketika di pesawat, sakit kepala itu justru makin membuat Rahman tidak bisa tidur. 

Setelah beberapa jam penerbangan, sampailah dia di bandara seokarno hatta.  Dia langsung menuju rumah Astri, untuk menemui Astri. Menyanyakan segala pertanyaan yang ada di benaknya tadi.

Sesampai di rumah Astri, Rahman disambut hangat oleh keluarga Astri. Meski keluarga Astri heran melihat Rahman di situ, setau mereka, Rahman bersekolah di luar negeri. Rahman dan keluarga Astri memang sudah cukup dekat. Sebelum ke luar negeri, Rahman tak pernah lupa absen menemui keluarga Astri baik hanya untuk menjemput dan memulangkan anak mereka, juga sekedar main dan say hai ke keluarga tersebut.

Semua nampak normal sebelum peran utama dalam tragedi masalah Rahman muncul, yaitu Astri. Sempat terbesit di benak Rahman, apakah ini semacam april mop, tapi tunggu ini bulan september, jadi kemungkinan beaar dugaan itu salah. Setelah menyambut Rahman, Ibu Astri pergi memanggil Astri.

Astri dengan enggan keluar kamar dan pergi menemui Rahman. "Hai"

"Bisa kita keluar sebentar?" Tanya Rahman

"Hmm" Astri mempertimbangkan sejenak permintaan Rahman "kurasa tidak. Katakan saja apa mau mu"

Rahman tidak percaya dengan sikap Astri. Ini bercanda kan, ada apa ini sebenarnya, pikir Rahman. 
"Soal teleponmu tadi.."

"Kurasa telepon tadi cukup jelas. Ah, kau masih tidur ya.. Baik aku ulangi lagi, kita pu-tus"  jawab Astri

"Ah, kalau boleh tahu kenapa?" Tanya Rahman dengan nada mencoba untuk tetap tenang. Harga dirinya sebagai cowok, menahannya untuk meluapkan kekesalannya kepada cewek yang ada di hadapannya itu.

"Perlukah alasan untuk kita putus disaat dulu kita tidak perlu alasan kenapa aku mencintaimu?" Jawab Astri 

Tingkah Astri semakin membuat Rahman sakit kepala. Rahman lebih memilih menyudahi percakapannya dan minta izin  pulang kepada orang tua Astri.

(Bersambung)

Saturday 6 June 2015

Habil dan Qabil

Bismillahhirrohmannirrohiim

"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil):'Aku pasti membunuhmu.' Berkata Habil:'Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.'"
- 5:27

Sifat dasar manusia ada banyak. Dengan asumsi manusia tidak mungkin hanya memiliki satu sifat saja, maka kombinasi sifat yang bisa dimiliki manusia akan melimpah juga. Itulah yang menyebabkan manusia bisa berbeda antara satu dengan yang lain. Dengan tingkat kompleksitasi tinggi, sedemikian rupa sehingga seorang manusia bisa jadi unik, bisa jadi standard. 

Pada awalnya manusia 2 tipe sifat berkebalikan sekaligus yaitu baik dan buruk dengan tingkat dominan yang sama. Hal ini didasari Allah tidak akan men-dzolimi ciptaannya. Tidak ada manusia yang ditakdirkan masuk neraka sejak dia lahir. Surga dan neraka adalah pilihan hidupnya kelak.

Kedua sifat yang saya jelaskan sebelumnya memiliki kecenderungan di salah satu sisi. Kecenderungan ini didasari oleh cara berfikir. Karena cara berfikir berpengaruh terhadap sugesti, kemudian sugesti membuat orang tersebut tenggelam dalam apa yang mereka anggap baik di fikiran mereka.

Ini hanya sebuah buah pikiran yang diawali dengan metode probabilitas yang didasari dengan hal-hal pasti yang bersumber dari kitab Allah, Al Qur'an.

Kembali pada kasus Habil dan Qabil. Dengan asumsi semua orang pada awalnya baik, maka sebuah cerita dimulai dari hidupnya 2 bersaudara yang damai.  Dalam kesehariannya, kedua bersaudara ini tanpa disadari dilatih dengan siapa lebih baik dari siapa. Karena seseorang yang lebih baik akan mendapatkan perlakuan yang lebih istimewa dari yang lain. Kompetisi demi kompetisi digulirkan dengan dasar menguji keimanan dari kedua bersaudara tersebut. Setelah berlalu beberapa kompetisi, seseorang dari 2 bersaudara tersebut memiliki hasil lebih baik dari pada yang lain. Bukan karena saudara yang lain lebih buruk, melainkan kemenangan berturut turut saudaranyalah yang membuat dia menjadi tidak sabaran dan salah mengambil pokok utama tujuan kompetisi tersebut. Yang dia pikirkan hanya menang menang menang. Hal ini menyebabkan dia berfikir pendek kemudian membunuh saudaranya. Kejadian ini selain terjadi antara Habil dan Qabil, juga terjadi antara Yusuf dan saudaranya dan akan terus berulang ketika kondisi di atas digulirkan.

Sebuah kondisi, sistem, dan lingkungan ada bukan untuk disalahkan. Karena hal itu semua sebenarnya hasil perbuatan sekumpulan manusia itu sendiri. Yang seharusnya dilakukan bukanlah memutuskan siapa yang salah, melainkan instrospeksi diri. Karena hal yang mudah diubah hanyalah hal yang ada pada diri sendiri. Seperti kata pepatah "mulailah dari dirimu sendiri". Perbaiki diri, ingatkan orang-orang sekitar, terus belajar. Loop yang seharusnya ada pada diri orang beriman.

Allah menciptakan 2 ciptaan super yaitu malaikat dan setan untuk menggambarkan baik dan buruk secara mutlak. Malaikat merupakan ciptaan super baik sifatnya, sedangkan setan merupakan ciptaan super buruk sifatnya. Tapi, pada dasarnya mereka semua tunduk dan selalu memuji Allah. Karena tingkatan super yang dimiliki akan sulit untuk dijadikan suri tauladan bagi manusia, maka Allah menurunkan nabi dan rosul untuk menggantikan sosok baik di bumi dan menggambarkan segala sifat buruk sebagai setan. Allah bercerita panjang lebar tentang nabi dan rosulNya di kitabNya bukan sekedar untuk cerita masalalu saja. Segala kondisi yang ada saat ini  sudah tergambar dalam kitabNya disertai dengan akibat apabila kondisi itu dibiarkan begitu saja. Semakin kita mengkonsepkan Allah, segala perintah Allah hanya akan jadi cerita masa lalu. 

"Dan diantara mereka ada yang mendengarkan bacaanmu dan Kami telah manjadikan hati mereka tertutup (sehingga mereka tidak) memahaminya dan telinganya tersumbat. Dan kalaupun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata,"ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang terdahulu." - 6:25

Thursday 20 November 2008