Monday 15 June 2015

Love and Life (1)

"Kita putus"

Suara Astri masih terdengar jelas dibenak Rahman. Padahal saat itu dia sudah berada di belahan bumi yang berbeda dengan mantan pujaan hatinya itu. Selama mereka menjalani kisah cinta ldr mereka, segalanya nampak indah. 

Hingga pada suatu saat, tanpa sebab yang jelas, telepon Rahman berdering. Keluarlah kata2 itu dari suara di seberang telepon. Tanpa ada penjelasan lebih lanjut. Setelah mengeluarkan kata2 itu, Astri langsung menutup telponnya. 

Rahman resah. Dia melihat jam dinding, jam menunjukkan pukul 1 malam di tempat dia berada, sedangkan di tempat astri, sekitar jam 8 pagi. Rahman linglung beberapa saat. Apakah telepon tadi hanya mimpi, atau tidak. Kebetulan sehari sebelumnya, tugas kampusnya cukup membuat Rahman kekurangan waktu istirahat apalagi menyisihkan waktu untuk quality time dengan Astri.

Setelah nyawanya cukup terkumpul, Rahman melihat kalender. Dan kebetulan lagi, hari itu adalah hari jumat, yang dimana dia tidak ada jadwal kuliah yang mendesak karena ujian atau tugas. Rahman membuka aplikasi travel di hp nya dan segera membeli tiket untuk menuju tempat Astri. 

Dengan segera, dia mendapatkan tiket dengan keberangkatan paling pagi yang ada pada hari itu. Kantuk Rahman pun hilang. Rahman langsung berkemas dan kemudian langsung menunggu bandara. Selama dalam perjalanan, Rahman mencoba mengingat-ingat kesalahanmya kepada Astri. Adakah dia salah bicara? Apakah karena kurangnya quality time diantara mereka? Yang ada di pikiran Rahman hanya pertanyaan dan pertanyaan. Hal itu membuat Rahman sedikit sakit kepala. Tapi ketika Rahman mencoba tidur ketika di pesawat, sakit kepala itu justru makin membuat Rahman tidak bisa tidur. 

Setelah beberapa jam penerbangan, sampailah dia di bandara seokarno hatta.  Dia langsung menuju rumah Astri, untuk menemui Astri. Menyanyakan segala pertanyaan yang ada di benaknya tadi.

Sesampai di rumah Astri, Rahman disambut hangat oleh keluarga Astri. Meski keluarga Astri heran melihat Rahman di situ, setau mereka, Rahman bersekolah di luar negeri. Rahman dan keluarga Astri memang sudah cukup dekat. Sebelum ke luar negeri, Rahman tak pernah lupa absen menemui keluarga Astri baik hanya untuk menjemput dan memulangkan anak mereka, juga sekedar main dan say hai ke keluarga tersebut.

Semua nampak normal sebelum peran utama dalam tragedi masalah Rahman muncul, yaitu Astri. Sempat terbesit di benak Rahman, apakah ini semacam april mop, tapi tunggu ini bulan september, jadi kemungkinan beaar dugaan itu salah. Setelah menyambut Rahman, Ibu Astri pergi memanggil Astri.

Astri dengan enggan keluar kamar dan pergi menemui Rahman. "Hai"

"Bisa kita keluar sebentar?" Tanya Rahman

"Hmm" Astri mempertimbangkan sejenak permintaan Rahman "kurasa tidak. Katakan saja apa mau mu"

Rahman tidak percaya dengan sikap Astri. Ini bercanda kan, ada apa ini sebenarnya, pikir Rahman. 
"Soal teleponmu tadi.."

"Kurasa telepon tadi cukup jelas. Ah, kau masih tidur ya.. Baik aku ulangi lagi, kita pu-tus"  jawab Astri

"Ah, kalau boleh tahu kenapa?" Tanya Rahman dengan nada mencoba untuk tetap tenang. Harga dirinya sebagai cowok, menahannya untuk meluapkan kekesalannya kepada cewek yang ada di hadapannya itu.

"Perlukah alasan untuk kita putus disaat dulu kita tidak perlu alasan kenapa aku mencintaimu?" Jawab Astri 

Tingkah Astri semakin membuat Rahman sakit kepala. Rahman lebih memilih menyudahi percakapannya dan minta izin  pulang kepada orang tua Astri.

(Bersambung)

No comments: